PALU–Kepala Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Sulawesi Tengah Suaib Djafar tampak bersemangat setelah hampir enam jam mendampingi Presiden Direktur Hanillubtec Co, LTD, To Na Kim berkunjung ke sejumlah tempat di Kota Palu dan Kabupaten Sigi, Senin (4/3/2013).
Hanillubtec adalah perusahaan minyak pelumas dari Korea Selatan, sedang melihat potensi industri minyak pelumas berbahan baku kelapa dalam di daerah itu.
Perusahaan itu rencananya akan membangun industri di Kota Palu jika hasil surveinya mendukung untuk dibangun sebuah industri minyak pelumas.
Hanillubtec sekaligus ingin menjadikan kelapa dalam sebagai pembangkit listrik alternatif di daerah ini. Perusahaan itu membutuhkan sekitar 10 hektare lahan untuk dijadikan pusat kawasan industri.
Bagi Suaib Djafar yang baru sebulan menduduki jabatannya itu, kunjungan Kim yang didampingi pejabat pemerintah Korea Selatan itu merupakan peluang besar bagi Sulawesi Tengah dalam memacu ekonomi daerah lewat investasi berbasis komoditas lokal.
“Kami harus menggolkan visi pemerintah daerah dalam bidang investasi agar ekonomi di daerah ini terus bergerak maju,” kata Suaib.
Sebagai peluang investasi, Suaib harus memanjakan kunjungan Kim dan timnya tersebut. Pemerintah daerah tampil menjadi pelayan terbaik untuk para tamunya.
Dia mengantar Kim sampai ke tujuan yang dia inginkan, termasuk ke lokasi pengelolaan kelapa dalam di Desa Langaleso, sekitar 20 km arah selatan Kota Palu.
Di desa itu, Kim menyakskan aktivitas petani kelapa mulai dari memanjat pohon kelapa yang menjulang seolah mencakar langit sampai pada teknik pengupasan kelapa.
Menurut Suaib, Kim kagum dengan apa yang disaksikannya. Dengan berpakaian ala ninja, tanpa alas kaki dengan sebilah parang di pinggang, pemanjat pohon itu menaklukkan pohon yang menjulang yang diterpa angin.
Dia juga menikmati kelezatan kelapa muda tanpa bahan pengawet. Pria yang fasih berbahasa Inggris itu memuji kesegaran air kelapa dengan mengatakan tidak kalah dengan ginseng di daerahnya.
“Kami berharap Kim tidak sekedar memuji tetapi menjadikan kunjungan ini sebagai pintu masuk berinvestasi di daerah kita,” kata Suaib.
Kim hadir di Sulawesi Tengah sebagai hasil kunjungan Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola ke Korea Selatan beberapa waktu lalu untuk memaparkan peluang investasi di Sulawesi Tengah seperti kakao, kelapa dalam dan sektor pertambangan.
Sulawesi Tengah sejak dahulu kala sudah dikenal sebagai daerah penghasil kopra. Hampir separuh penduduk dari 11 kabupaten/kota di wilayah itu bercocok tanam dengan kelapa dalam.
Itulah sebabnya Kim tidak perlu khawatir dengan bahan baku kelapa dalam yang dia butuhkan untuk pabriknya kelak. “Kami menjamin itu. Sulawesi Tengah ini tempatnya kelapa,” katanya.
Pada 12 Februari 2013, Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Volodymyr Pakhil juga berkunjung ke daerah itu guna menjajaki peluang investasi di bidang transportasi dan gas bumi.
Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola melihat kunjungan Pakhil tersebut sebagai pintu masuk untuk meyakinkan pihak asing bahwa berinvestasi di Sulawesi Tengah baik dan menguntungkan.
Dubes dari bekas negara bagian Uni Soviet itu tertarik menginjakkan kaki di Sulawesi Tengah setelah mendapat informasi soal pembangunan kilang gas alam cair (Liquid Natural Gas/LNG) Senoro di Kabupaten Banggai.
Kilang LNG milik PT Donggi-Senoro yang dikelola dengan skema pemisahan hulu dan hilir itu diperkirakan akan memperoduksi gas 2 juta kaki kubik gas per tahun dan akan dikelola selama 13 tahun.
Mantan Kepala Dinas ESDM Saliman Simanjuntak mengatakan dari pengelolaan gas tersebut, terdapat potensi pasar dalam negeri untuk pemanfaatan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) sebesar 2×120 megawatt.
Peluang ini bisa dimasuki investor asing dengan menggandeng perusahaan daerah.
Saliman ingin pengelolaan sumber daya alam di Sulawesi Tengah tidak saja berdampak pada perekrutan tenaga kerja lokal tetapi daerah juga harus memiliki saham melalui kaki perusahaan daerah.
Selama ini kecenderungan investasi di daerah hanya mendapat royalti dari pengelolaan, namun daerah tidak memiliki saham dalam pengelolaan tersebut sehingga posisi daerah selalu sulit.
Suaib Djafar mengatakan salah satu cara terbaik untuk memperbaiki ekonomi masyarakat di Sulawesi Tengah adalah dengan meningkatkan daya saing produksi terutama di sektor pertanian.
Untuk itu pemerintah daerah mati-matian mencari jalan keluar agar produksi pertanian mendapat sentuhan teknologi sehingga bisa menambah nilai tambah dengan cara menggait investor. Investasi hilir menjadi kata kunci dalam mendorong daya saing daerah tersebut.
“Bisa dibayangkan, kalau kelapa dalam itu diolah menjadi pelumas, sudah pasti bahan ikutan lainnya seperti tempurung dan sabut kelapa juga akan berharga,” katanya.
Hanillubtec Co, LTD menginginkan tempurung kelapa bisa menjadi energi alternatif sebagai pembangkit tenaga listrik.
“Otomatis bisa memperbaiki harga bahan baku dan menyerap tenaga kerja. Ini efek domino yang kita harapkan,” katanya.
Setahun terakhir hampir semua sektor mengalami kenaikan kontribusi jumlah penyerapan pekerja, kecuali sektor pertanian, industri dan sektor yang masing-masing mengalami penurunan sebesar 7,2%, 0,1% dan 2,1%.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulawesi Tengah pada Februari 2011 masih mencapai 4,27% dari 1,3 juta jumlah angkatan kerja.
Kondisi ketenagakerjaan itulah salah satunya yang mendorong pemerintah daerah untuk terus memacu investasi agar terbuka lapangan kerja baru. “Bayangkan saja kalau satu perusahaan baru memulai aktivitasnya, berapa tenaga kerja lokal yang diserap dan berapa jumlah uang yang beredar,” kata Suaib.
Dia mengatakan bahwa di Sulawesi Tengah tidak ada kendala berarti untuk berinvestasi karena pemerintah daerah membuka kran investasi tersebut sesuai aturan yang ada.
Karena itu diharapkan penjajakan investasi oleh sejumlah investor asing maupun dalam negeri di daerah ini bisa ditindaklanjuti dengan implementasi di lapangan sehingga ekonomi di Sulawesi Tengah bergeliat dengan target pertumbuhan di atas 10% pada 2013. (Antara/wde. Foto: Antara)
Hanillubtec adalah perusahaan minyak pelumas dari Korea Selatan, sedang melihat potensi industri minyak pelumas berbahan baku kelapa dalam di daerah itu.
Perusahaan itu rencananya akan membangun industri di Kota Palu jika hasil surveinya mendukung untuk dibangun sebuah industri minyak pelumas.
Hanillubtec sekaligus ingin menjadikan kelapa dalam sebagai pembangkit listrik alternatif di daerah ini. Perusahaan itu membutuhkan sekitar 10 hektare lahan untuk dijadikan pusat kawasan industri.
Bagi Suaib Djafar yang baru sebulan menduduki jabatannya itu, kunjungan Kim yang didampingi pejabat pemerintah Korea Selatan itu merupakan peluang besar bagi Sulawesi Tengah dalam memacu ekonomi daerah lewat investasi berbasis komoditas lokal.
“Kami harus menggolkan visi pemerintah daerah dalam bidang investasi agar ekonomi di daerah ini terus bergerak maju,” kata Suaib.
Sebagai peluang investasi, Suaib harus memanjakan kunjungan Kim dan timnya tersebut. Pemerintah daerah tampil menjadi pelayan terbaik untuk para tamunya.
Dia mengantar Kim sampai ke tujuan yang dia inginkan, termasuk ke lokasi pengelolaan kelapa dalam di Desa Langaleso, sekitar 20 km arah selatan Kota Palu.
Di desa itu, Kim menyakskan aktivitas petani kelapa mulai dari memanjat pohon kelapa yang menjulang seolah mencakar langit sampai pada teknik pengupasan kelapa.
Menurut Suaib, Kim kagum dengan apa yang disaksikannya. Dengan berpakaian ala ninja, tanpa alas kaki dengan sebilah parang di pinggang, pemanjat pohon itu menaklukkan pohon yang menjulang yang diterpa angin.
Dia juga menikmati kelezatan kelapa muda tanpa bahan pengawet. Pria yang fasih berbahasa Inggris itu memuji kesegaran air kelapa dengan mengatakan tidak kalah dengan ginseng di daerahnya.
“Kami berharap Kim tidak sekedar memuji tetapi menjadikan kunjungan ini sebagai pintu masuk berinvestasi di daerah kita,” kata Suaib.
Kim hadir di Sulawesi Tengah sebagai hasil kunjungan Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola ke Korea Selatan beberapa waktu lalu untuk memaparkan peluang investasi di Sulawesi Tengah seperti kakao, kelapa dalam dan sektor pertambangan.
Sulawesi Tengah sejak dahulu kala sudah dikenal sebagai daerah penghasil kopra. Hampir separuh penduduk dari 11 kabupaten/kota di wilayah itu bercocok tanam dengan kelapa dalam.
Itulah sebabnya Kim tidak perlu khawatir dengan bahan baku kelapa dalam yang dia butuhkan untuk pabriknya kelak. “Kami menjamin itu. Sulawesi Tengah ini tempatnya kelapa,” katanya.
Pada 12 Februari 2013, Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Volodymyr Pakhil juga berkunjung ke daerah itu guna menjajaki peluang investasi di bidang transportasi dan gas bumi.
Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola melihat kunjungan Pakhil tersebut sebagai pintu masuk untuk meyakinkan pihak asing bahwa berinvestasi di Sulawesi Tengah baik dan menguntungkan.
Dubes dari bekas negara bagian Uni Soviet itu tertarik menginjakkan kaki di Sulawesi Tengah setelah mendapat informasi soal pembangunan kilang gas alam cair (Liquid Natural Gas/LNG) Senoro di Kabupaten Banggai.
Kilang LNG milik PT Donggi-Senoro yang dikelola dengan skema pemisahan hulu dan hilir itu diperkirakan akan memperoduksi gas 2 juta kaki kubik gas per tahun dan akan dikelola selama 13 tahun.
Mantan Kepala Dinas ESDM Saliman Simanjuntak mengatakan dari pengelolaan gas tersebut, terdapat potensi pasar dalam negeri untuk pemanfaatan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) sebesar 2×120 megawatt.
Peluang ini bisa dimasuki investor asing dengan menggandeng perusahaan daerah.
Saliman ingin pengelolaan sumber daya alam di Sulawesi Tengah tidak saja berdampak pada perekrutan tenaga kerja lokal tetapi daerah juga harus memiliki saham melalui kaki perusahaan daerah.
Selama ini kecenderungan investasi di daerah hanya mendapat royalti dari pengelolaan, namun daerah tidak memiliki saham dalam pengelolaan tersebut sehingga posisi daerah selalu sulit.
Suaib Djafar mengatakan salah satu cara terbaik untuk memperbaiki ekonomi masyarakat di Sulawesi Tengah adalah dengan meningkatkan daya saing produksi terutama di sektor pertanian.
Untuk itu pemerintah daerah mati-matian mencari jalan keluar agar produksi pertanian mendapat sentuhan teknologi sehingga bisa menambah nilai tambah dengan cara menggait investor. Investasi hilir menjadi kata kunci dalam mendorong daya saing daerah tersebut.
“Bisa dibayangkan, kalau kelapa dalam itu diolah menjadi pelumas, sudah pasti bahan ikutan lainnya seperti tempurung dan sabut kelapa juga akan berharga,” katanya.
Hanillubtec Co, LTD menginginkan tempurung kelapa bisa menjadi energi alternatif sebagai pembangkit tenaga listrik.
“Otomatis bisa memperbaiki harga bahan baku dan menyerap tenaga kerja. Ini efek domino yang kita harapkan,” katanya.
Setahun terakhir hampir semua sektor mengalami kenaikan kontribusi jumlah penyerapan pekerja, kecuali sektor pertanian, industri dan sektor yang masing-masing mengalami penurunan sebesar 7,2%, 0,1% dan 2,1%.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulawesi Tengah pada Februari 2011 masih mencapai 4,27% dari 1,3 juta jumlah angkatan kerja.
Kondisi ketenagakerjaan itulah salah satunya yang mendorong pemerintah daerah untuk terus memacu investasi agar terbuka lapangan kerja baru. “Bayangkan saja kalau satu perusahaan baru memulai aktivitasnya, berapa tenaga kerja lokal yang diserap dan berapa jumlah uang yang beredar,” kata Suaib.
Dia mengatakan bahwa di Sulawesi Tengah tidak ada kendala berarti untuk berinvestasi karena pemerintah daerah membuka kran investasi tersebut sesuai aturan yang ada.
Karena itu diharapkan penjajakan investasi oleh sejumlah investor asing maupun dalam negeri di daerah ini bisa ditindaklanjuti dengan implementasi di lapangan sehingga ekonomi di Sulawesi Tengah bergeliat dengan target pertumbuhan di atas 10% pada 2013. (Antara/wde. Foto: Antara)
0 komentar:
Posting Komentar